Kamis, 17 Oktober 2013

Tablet dan Evaluasi Tablet


Tablet dan Evaluasi Tablet



Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat

tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,

zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM.,

1979).

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-

tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya

hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan

metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat

secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna

atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).

Evaluasi Tablet

Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu:

− Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50

mg atau lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan

− Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat

aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan

(Ditjen POM., 1995).

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet

yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau

granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses

pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994).

Waktu Hancur

Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah

kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran

mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas

bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat

kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya



diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang



menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet

tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan

pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat

waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air

sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga

yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).

Kekerasan

Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.

Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk

memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar

dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,

pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan

terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994).

Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,

pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan

dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan

tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan

tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai

kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi

menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan

berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang

menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji

kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi,

dkk., 1987).

Friabilitas (Kerapuhan)

Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari

tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang

ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994).

Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk

akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan

yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering



dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering



menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar

kelembapannya 2 sampai 4%. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang

mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia

(Lachman, dkk., 1994).

 Disolusi

Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam

mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat

dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada

setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah

dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk.,

1994).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu:

1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat

Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi

kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta

ukuran partikel.

2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan

Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan

cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung

pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.

Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur

dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau

mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai.

Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang



dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan

berpengaruh pada laju disolusi.

3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji

Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang

meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji

yang dipakai (Syukri, 2002).

Pembagian Tablet

Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi:

1. Tablet cetak (Compressed tablet)

Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut

yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau

kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat,

pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya.

2. Tablet bersalut (Coated tablet)

a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai

dengan atau tanpa pemberian warna.

b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis atau bahan-

bahan alam.

c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut

dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur

dalam cairan usus.

3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali

dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus.

a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul

yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan

beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan.

b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan

tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang

khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling

tablet (Soekemi, dkk., 1987).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar