Tablet
dan Evaluasi Tablet
Pengertian Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM.,
1979).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya
hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung pada cara pemakaian tabet dan
metode pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat
secara oral dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna
atau zat pemberi rasa (Ansel, 1989).
Evaluasi Tablet
Keseragaman Sediaan
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan dua metode yaitu:
− Keragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50
mg atau lebih atau merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan
− Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat
aktif kurang dari 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan
(Ditjen POM., 1995).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah keseragaman isi tablet
yaitu tidak seragamnya distribusi bahan obat pada pencampuran bubuk atau
granulasi, pemisahan dari campuran bubuk atau selama berbagai proses
pembuatan, dan penyimpangan berat tablet (Lachman, dkk., 1994).
Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan tablet untuk hancur di bawah
kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran
mesh-10. Uji ini tidak memberi jaminan bahwa partikel-partikel itu akan melepas
bahan obat dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya (Lachman, dkk.,
1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur dari tablet adalah sifat
kimia dan fisis dari granulat, kekerasan dan porositasnya. Tablet biasanya
diformulasi dengan bahan pengembang atau bahan penghancur yang
menyebabkan tablet hancur di dalam air atau cairan lambung. Hancurnya tablet
tidak berarti sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Kebanyakan bahan
pelicin bersifat hidrofob, bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat
waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang besar akan mudah dimasuki air
sehingga hancur lebih cepat dari pada tablet yang keras dengan rongga-rongga
yang kecil (Soekemi, dkk., 1987).
Kekerasan
Kekerasan diartikan sebagai kekuatan untuk menghancurkan tablet.
Kekerasan tablet ditentukan oleh besarnya tenaga yang diperlukan untuk
memecah tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar
dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan,
pengepakan dan pengangkutan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan
terhadap perlakuan berlebihan oleh konsumen (Lachman, dkk., 1994).
Ketahanan dari tablet terhadap goncangan pada waktu pengangkutan,
pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan
dinyatakan dalam satuan kg dari tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan
tablet. Kekerasan yang umum untuk tablet adalah 4 – 8 kg. Untuk tablet hisap dan
tablet sustained release kekerasannya 10 – 20 kg. Tablet kunyah mempunyai
kekerasan yang lebih kecil dari 3 kg. Walaupun kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang
menyebabkan lamanya waktu hancur. Alat-alat yang dipergunakan untuk menguji
kekerasan tablet antara lain: Stokes Monsanto, Strong Cobb dan Pfizer (Soekemi,
dkk., 1987).
Friabilitas (Kerapuhan)
Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari
tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang
ditarik dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1994).
Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk
akhir. Seringkali kandungan air (kelembapan) rendah tetapi masih dalam batasan
yang dapat diterima dapat berfungsi sebagai pengikat. Granul yang sangat kering
dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering
menghasilkan lebih banyak tablet renyah daripada granul yang kadar
kelembapannya 2 sampai 4%. Karena itulah sangat sukar membuat tablet yang
mengandung sejumlah zat yang dapat dihidrolisis tetap stabil secara kimia
(Lachman, dkk., 1994).
Disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya obat (Ansel, 1989). Dua sasaran dalam
mengembangkan uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat
dari tablet kalau dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada
setiap batch dan harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah
dibuktikan mempunyai bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman, dkk.,
1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu:
1. faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat
Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta
ukuran partikel.
2. faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan
Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan pembantu dan
cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung
pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya.
Penggunaan bahan pembantu sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur
dan pelicin dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau
mempercepat laju disolusi tergantung pada bahan pembantu yang dipakai.
Cara pengolahan dari bahan baku, bahan pembantu dan prosedur yang
dilaksanakan dalam formulasi sediaan padat peroral juga akan
berpengaruh pada laju disolusi.
3. faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang
meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium dan metoda uji
yang dipakai (Syukri, 2002).
Pembagian Tablet
Berdasarkan pembuatannya tablet dibagi menjadi:
1. Tablet cetak (Compressed tablet)
Tablet ini dibuat dengan cara mengempa dan tidak mengandung penyalut
yang khusus. Tablet cetak dibuat dari bahan-bahan berupa serbuk atau
kristal dengan atau tanpa penambahan bahan pengisi, pengikat,
pengembang, pelicin dan bahan-bahan tambahan lainnya.
2. Tablet bersalut (Coated tablet)
a. Tablet bersalut gula (Sugar Coated tablet) yaitu tablet yang disalut
dengan lapisan yang terdiri dari gula dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan atau tanpa pemberian warna.
b. Tablet bersalut selaput (Film coated tablet) yaitu tablet yang disalut
dengan lapisan tipis yang dibuat dari bahan-bahan sintetis atau bahan-
bahan alam.
c. Tablet bersalut enterik (Enteric Coated tablet) yaitu tablet yang disalut
dengan bahan-bahan yang tahan terhadap cairan lambung tetapi hancur
dalam cairan usus.
3. Mutiple Compressed tablet yaitu tablet yang dicetak lebih dari sekali
dengan menggunakan mesin pencetak tablet khusus.
a. Layered tablet yaitu tablet yang dibuat dengan mencetak granul-granul
yang telah dicetak terlebih dahulu. Pencetakan dapat dilakukan
beberapa kali untuk mendapatkan tablet dengan 2 atau 3 lapisan.
b. Press Coated tablet (Dry Coated tablet) dibuat dengan mengisikan
tablet-tablet yang telah dicetak pada mesin pencetak tablet yang
khusus, kemudian dicetakkan granul-granul tambahan di sekeliling
tablet (Soekemi, dkk., 1987).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar